Lewati batas jelajah dunia, jangkau pusat sang waktu yang tak terbatas .....
----------------------------------------------------------
Sepi sejak kota kita tenggelam banjir pasir
Seceruk susu kedelai masih juga tumpah didekapan kabut
Duri-duri durian “bantat” menusuk-nusuk syaraf
Hei........... kemana perginya pelangi hati?
Aku menjejal kata dicorong-corong kabel
Tidak juga ditemukan
Berbaring hayal dan jalinan mantra
Menyisiri bekas tapak di tanjung harapan
Berpantang tanya dan sendawa
Hanya boleh mengenggam abu
Jangan pupus yang dipilih
Ada tongkat sakti putri nirmala
Atau mungkin dia yang mati disini
Sebuah wujud yang kemudian mengering
Dipadang tandus dan panas
Saat dahaga berganti menjadi taman eden
Dan gurita menelanjangi daratan
Mungkinkah kuburan massal itu maksudnya lentera?
Dan pergi dan kembali dan hilang dan bereinkarnasi lagi?
Hei........... kemana perginya cahaya hati
Masih saja ku terjaga
Dan butakanku tentang warnamu
Di kitab-kitab tangisan itu, kabarkan seribu abad tentang kaum
Lalu .... adakah sang tabir itu untuk kita sama-sama tertawa?
An’s
Dikotaku, April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar