08 April 2008

PETUALANGAN KENTA Menemukan Kembali Kunci Bertuah

Lewati batas jelajah dunia, jangkau pusat sang waktu yang tak terbatas .....

TOKOH UTAMA

KENTA :

Gadis kecil pemberani

Kulitnya kuning langsat

Matanya lebar dengan bulu mata yang lentik

Rambutnya coklat ikal panjang dan selalu tergerai sesekali diikat kepang

Keras kepala

Selalu ingin tahu dan berjiwa petualang

Anak dari Ayah seorang kepala kampung dan Ibu yang terkenal memiliki kepandaian menganyam.

Lahir di pada saat tepat bulan purnama

Pada saat seluruh kampung sedang merayakan pesta menuai padi

Kelalahirannya ditandai bersamaan dengan bintang jatuh

TOKOH KEDUA

KAREHENG :

Roh jahat dari dunia alam lain

Berbentuk seekor burung hantu

Memiliki kuku yang tajam

Penculik kepala kampung

---------------------------------------------------------------------------



JALAN CERITA

KENTA suatu hari setelah badai tiba-tiba disuatu senja setelah hujan

Kehilangan itu sangat aneh dan misterius, semua orang kampung menghilang begitu saja, hanya tersisa satu kisah yang disampaikan oleh ayam jantan hitam kesayangan KENTA, sejak itu petulangan KENTA mencari orangtuanya pun dimulai.

---------------------------------------------------


CHAPTER ONE


DI PADANG HUTAN BUNGA FLAMBOYAN

Ssssrrrrrkk... Ssssrrrkkk... Ssssssrrrkkkkk....

Ssssrrrrrkk... Ssssrrrkkk... Ssssssrrrkkkkk....

Sesekali rerumputan terlihat bergoyang-goyang

Dan tiba-tiba dari balik rumput menyeruak sesuatu ...

“BOOO....!!”

“Waaa.....!!!”

“Waaa....!!!”

“KENTA!!...”

“hahaha.........hahaha......”

“Awas ya lain kali kubalas!!”

“yeee... coba aja kalau bisa, makanya jangan tegang begitu ...”

“inikan di hutan Kenta... semua binatang harus waspada..., apalagi dihutan ini terkenal banyak ular sawa yang badanya sebesar pohon kelapa...”

“ahh... mereka tidak akan menganggu, sekarang lagi musim bertapa...”

“masa”

“iya... “

“oo...”

“oya kamu mau ikut ndaa?..”

“Ikut kemana??...”, “rasanya aku sedang ingin bermalas-malas saja beberapa minggu ini”

“ah... pokoknya asiklah... kalau sudah tiba disana, rasa malasmu pasti hilang...”

“jangan-jangan kamu mau pergi ke hutan itu lagi ya...??”, aku dengar minggu kemarin kamu dimarahin orangtuamu karena tertangkap sedang mengendap-endap disekitar hutan itu”. “Aku nda mau ahh.. nanti dapat masalah..”

“ah!! Payah ... kamu percaya hanya dengan mendengar cerita saja??”. “Aku sangat ingin melihat sendiri hutan itu, dan donggeng tentang batu bintang itu...”. “ayolah... apa kamu mau aku berangkat sendirian?... truss kalau aku ada apa-apa... tidak ada yang menyampaikan kabar ke orang-orang di kampung trusss...”

“ahh... sudah sudah.... aku tau apa selanjutnya....”. “hhhhh Kenta memang tidak pernah putus asa ya selalu banyak akalnya ya...”.”oke kita berangkat kesana tapi tidak sampai senja ya..., kudengar setiap senja selalu terjadi hal-hal yang aneh disekitar hutan itu, kamu janji ??”

“ya..ya...ya... janji...”

“dan.. kedua... kita ajak pikok dan Koru juga ya..., mereka pasti senang kalau kita ajak juga kesana...”

“hmm... hebat....” seru Kenta seraya melipat tangannya dan membelalakan matanya “mereka pasti senang....”. “kalau begitu ayo kita kesana!!”

“ayo”

Demikianlah percakapan singkat dua sahabat Kenta dan Tutu si Kelinci, mereka berencana untuk pergi ke suatu tempat yang nampaknya adalah suatu tempat bermain-main, dan ... mereka berdua sepertinya berencana untuk mengajak Pikok dan Koru. Hmmm... siapa Pikok dan Koru itu ya?...

“huppp... huupp...huppp...”

“hati-hati Kenta!” teriak Tutu dikejauhan

“ahh... sampai!!”. “ayo..ayo... cepat Tutu, Pikok pasti lagi dihalaman belakang”

“iya,iya...”jawab Tutu”tapi kenapa kita harus lewat belakang?, disinikan banyak batu-batu besar... jadinya kita harus meloncat-loncat dari satu batu kebatu yang lain...” jawab Tutu lagi sambil mengambil ancang-ancang mengambil langkah untuk meloncat ke batu besar yang terakhir “huupppppppp....”

“ahh... akhirnya sampai juga..”

“psssttt!!” “jangan ribut” bisik Kenta

“Kenapa lagi?” jawab Tutu

“pssstt... lihat benarkan seperti yang kubilang Pikok pasti ada di halaman belakang...”

“huuh... dasar pikok... sama saja dengan kamu Tutu... “

“apanya” sergah Tutu sengit

“tuuhh lihat... “

Sejenak Tutu mengarahkan pandangannya kearah yang dimaksud Kenta...tidak beberapa saat kemudian... “hihihihihi....” “hahahahaha...”

Terdengar cekikikan tertawan Kenta dan Tutu hampir bersamaan...

Mau tau kenapa Kenta dan Tutu tertawa? ....Pikok ternyata sedang berjemur sambil menggais-nggais pasir dengan kakinya menutupi hampir seluruh badannya... hhmmm... kira-kira Pikok ini siapa ya??

“duukkkk....duuukkkkkk....duuuukkkk”

“iihhh... Pikok, kok tidak bergeming sedikitpun” keluh Kenta, yang telah mencoba melemparkan beberapa batu kerikil kearah Pikok

“sini... coba aku yang lempar”pinta Tutu

“coba aja, tapi jangan sampai bikin suara gadruh ya...”

“iya.......”, “eehhhhh......”.”dduuuuukkkkkkk” kerikil yang dilempar Tutu tetpa mengenai kepala Pikok

“aduhhh....” teriak pikok “siapa yang lempar batu sembarangan ha!” teriak pikok sambil menggoyang-goyangkan kepalanya...

“heeeiii!!...heeiii!! sini...sini!! pssstttttt!!” terdengar suara diantara bebatuan...

“??.... “ siapa?” tanya Pikok

“ppsssttt!! Kesini..”

Sebuah kepala menyembul dari balik batu

“oooo...”. tanya Pikok

“kesini”...”pssstt..pelan-pelan....”

Pikok pun beranjak dari tempatnya dan berjalan perlahan-lahan menuju kebalik batu besar.

“hehehe..., apa kabar Pikok?” tanya Kenta

“hhhuuhh...kalian menggannggu tidur siangku saja” jawab Pikok

“hihihi... kamu tidurnya aneh ya Pikok... lihat tubuhmu hampir semua dipenuhi pasir berdebu, ihh sana bersihkan dulu” pinta Tutu

“Tunggu sebentar”jawab Pikok. Sesaat kemudian Pikok membuka kedua tangannya dan mengoyang-goyangkan seluruh badannya, sampai semua pasir dan debu yang melekat ditubuhnya bersih.

“uhhhhukk...uhhhuuukkk”, “waduh debunya banyak juga”

“maaf kenta... sebaliknya untukku tidur seperti tadi sangat menyenangkan sekali lo”

“ngomong-ngomong ada apa nih?”

“kenapa kalian mengendap-endap diantara bebatuan?”

“biasa... kenta” jawab Tutu

“dia mengajak kamu untuk ikut jalan kehutan seberang, kamu mau ikut?”

“ha? Benar nih Kenta... kamu kan tau akibatnya” jawab Pikok

“ah... justru itu yang bikin penasaran...” “ayo!! Mau ikut tidak?”

“mau-mau... pasti menyenangkan sekali bisa kesana” jawab Pikok

“kalau begitu hayo...kita tinggal menjemput Koru”

“oya... Koru juga diajak ya... hmm... apa tidak masalah mengajak Koru? Diakan jalannya lambat”

“Tapi dia sangat kita perlukan Pikok” sergah Tutu “dia sangat yang paling sabar diantara kita semua”

“oke-oke... tapi aku tidak terlalu setuju ya kalau Koru diajak... jalannya terlalu lambat”

“ahh tenanggg ..... kan ada aku” jawab Kenta “sekarang ayo kita jemput Koru, aku bisa pastikan saat ini dia sedang ada dimana”

“ayo” jawab Pikok dan Tutu bersamaan.

Tidak berapa lama kemudian ketiga sahabat itu menghilang diantara bebatuan, menyusuri tepian sungai. Nah... sudah tahukan siapa si Pikok?? ....Pikok adalah seekor ayam jantan, bulunya lebat dan berwarna hitam legam, dan terkenal memiliki suara kokok yang sangat nyaring, dibandingkan dengan ayam jantan seumurnya.

Diantara riam bebatuan dan gemericik air terjun, tampak sekelompok kura-kura sedang berjemur diantara tumpukan batu yang muncul disela-sela riam, satu diantaranya Koru, kura-kura muda yang sedang asik berenang menyusuri riam.

Koru !!! .... teriak Kenta tak kalah nyaringnya dengan suara gemericik air terjun, sesaat semua kepala kura-kura menoleh kearah suara.

Haiiii....... teriak Koru .... aku disini.... tunggu sebentar .... teriak lagi ...

Tidak lama Koru sudah berenang menepi kearah Kenta, Tutu dan Pikok... yang tampak terengah-engah menarik nafas ...

Wah..... lengkap ..... tumben nih ... tanya Koru, ada apa ya?? Tanya nya lagi

Kita mau berpetualang lagi nih ... jawab Kenta... Kamu mau ikut kami nda?? ... tanya Kenta lagi..

Mau kemana dulu .... jauh nda ? tanya Koru

Ahhhhgghhh... banyak tanya kamu ini Koru .... huuh.....sungut Piko...

Lho aku kan haru mengetahui kemana kita pergi ... jawab Koru



----------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar: