20 Mei 2008

FESTIFAL BUDAYA ISEN MULANG




Dalam Rangka Hari Jadi ke-51 Propinsi Kalimantan Tengah

Ditengah Tantangan Degradasi Pergeseran Budaya Lokal

Akankah Festifal Budaya Mampu Menjadi Salah Satu Tameng?





Festifal Budaya Isen Mulang diadakan oleh setiap tahun sekali dimotori DisperinBud Propinsi Kalimantan Tengah, adalah dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Propinsi Kalimantan Tengah. Tahun 2008 ini Kalimantan Tengah memasuki usianya ke 51 tahun, tepat pada tanggal 17 Juni 2008. Tahun ini perayaan Festifal Budaya Isen Mulang yang dilaksanakan tanggal 19 Mei sampai dengan 23 Mei 2008, tidak kalah meriahnya seperti pada saat perayaan pesta Emas Hari Jadi Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2007 yang lalu. Tahun ini juga dimeriahkan dengan berbagai macam perlombaan seperti Lomba Sepak Sawut, Balogo, Manyumpit, Mangenta, Besei Kambe, Bagasing, Perlombaan Putra Putri Pariwisata dan Lomba memasak makanan tradisional, dan juga dimeriahkan KALTENG EXPO 2008.

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang, menyatakan bahwa semangat budaya yang merupakan semangat dari Festifal ini tidak tersampaikan. Ada persoalan mengenai judul dari kegiatan akbar ini. Festifal Budaya Isen Mulang tidak memiliki makna atau arti apa-apa, karena budaya yang dimaksud itu milik siapa atau mengidentitaskan siapa. Sementara arti dari Isen Mulang adalah Pantang Mundur, maka menjadi aneh jika kalimatnya digabung Festifal Budaya Pantang Mundur.... apanya yang pantang Mundur?

Menurut salah satu narasumber, ditahun 84 Festifal ini disebut dengan Festifal Budaya Dayak yang namanya Isen Mulang, kalau di Kaltim namanya Erau... kira-kira begitu, maka kalau di Kalteng namanya Isen Mulang.

Dengan penghilangan "Dayak" dikhawatirkan ini adalah sistimatis pengerdilan identitas Budaya Dayak, atau malah sebuah kekhawatiran sekelompok orang tertentu yang memiliki kepentingan dibalik ini, dan hal ini perlu dikoreksi atau dikembalikan ke semangat awalnya. Pada tahun 84, lomba yang dilakukan tidak seperti sekarang, dulu festifal tertib administrasi dan bagaimana Budaya dikembangkan di daerah masing-masing, kemudian ada tim penilai dan mendapatkan penghargaan. sejak kapan perubahan atau penghilangan kata "Dayak" itu sendiri narasumber yang menyampaikan informasi ini juga tidak mengetahui sejak kapan dan alasannya kenapa.

Ketika ditanya apakah Festifal ini bisa menjawab tantangan perubahan dan degradasi Budaya Dayak di Kalimantan Tengah, beliau menjawab dengan mantap bahwa Festifal seperti ini belum bisa menjadi salah satu alat untuk mengahadang perubahan dan degradasi Budaya Dayak di Kalimantan Tengah. Rekomendasi atau masukkan beliau adalah tahun yang akan datang, panitia pelaksana patut memikirkan satu event khusus yang mengulas mengupas tentang apa itu budaya Dayak, dimulai dari perlombaan-perlombaan yang dilakukan, sehingga semua pengunjung festifal serta peserta yang mengikuti perlombaan mendapatkan isi dari makna yang lebih dalam tentang perlombaan-perlombaan yang dilombakan, tidak hanya sekedar ikut untuk berlomba jadi juara saja atau sekedar jalan-jalan menonton kegiatan saja.


An's 2008

Tidak ada komentar: